Beberapa hari ini, guyuran hujan mendominasi hari-hari di Gayo Lues, khususnya beberapa wilayah Blangkejeren dan sekitarnya. Gerimis yang bertukar dengan hujan lebat. Selang berganti satu sama lain.
Pagi berkabut, sejuk menembus rusuk. Selapis selimut belumlah cukup menghangatkan. Jalanan yang tidak semuanya beraspal di perkampungan digenangi air. Tanah-tanah kuning terangkat oleh ban 'cangkul' roda dua warga pedesaan. Aktifitas tetap berjalan seperti biasa.
Ada satu yang menjadikan hujan kali ini istimewa. Dihamparan depan rumah berjajar baris shaf jagung yang mulai tumbuh. Yang mulanya kecambah, kini memberi harapan kepada petani Gayo Lues untuk satu waktu panen yang mungkin akan melimpah ruah. Petani, tak peduli entah pria atau wanita. Turun membenahi kebun yang tanahnya gembur dijatuhi hujan semalaman. Dengan hati riang, mengenakan selendang yang dilipat sebagai pengganti topi.
Bersabar menunggu, mereka menikmati proses dengan kadar hitungan minggu. Petani ini menyambut harapan tanamannya. "Allahumma shaiban naafi'an" Ya Tuhan kami, anugerahilah kami hujan yang penuh kebaikan.
*ditulis ketika hujan membasahi bumi seribu bukit.
Tulisan ini juga di'share' pada grup facebook: Keber Ni Gayo dan twitter @LoveGayoLues
Powered by Telkomsel BlackBerry®